Rabu, 01 Oktober 2008

Posted by WAHYU KRISNANTO 07.59, under | No comments


Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kelembutan lidah ada keterlanjuran kata. Dalam gurau dan canda ada khilaf dan dosa. Bersama terbitnya matahari pagi di hari yang Fitri ini, kami sekeluarga menghaturkan "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H. - MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"

Rabu, 30 Juli 2008

BAGAIMANA KITA MEMAKNAI KEGAGALAN ?

Posted by WAHYU KRISNANTO 20.47, under | No comments


Adalah suatu hal yang lumrah dan alami, bila dalam kehidupan kita selalu berharap memperoleh kesuksesan. Kita selalu bermimpi ataupun berangan-angan untuk memperoleh kesuksesan dalam setiap aspek kehidupan dalam diri kita. Dalam kenyataan angan, harapan dan mimpi kita tersebut tidak berjalan semulus harapan kita. Banyak hal yang menjadikan angan, harapan dan mimpi kita tersebut mengalami kegagalan.

Terkadang sesuatu Nampak seperti sebuah kegagalan, meski tidak bisa pula dikatakan sebagai kegagalan, dan kadang kegagalan itu hanyalah sebuah kegagalan kecil. Kita semua membuat kesalahan. Tanpa kegagalan, kita tidak akan pernah belajar. Bahkan sebuah iklan rokok pernah menjadikan kegagalan sebagai sebuah jargon produk “Kegagalan adalah Kesuksesan yang tertunda”.

Sebuah kegagalan dirasa jauh lebih baik daripada kita tidak pernah melakukan apapun. Dengan memiliki sikap ini, kita diharapkan untuk selalu optimis dalam memandang hidup kita. Kita selalu berjuang dan berusaha untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dengan kata lain pula bahwa kegagalan ataupun kesuksesan bukan sesuatu hal yang utama dalam diri kita, tetapi usaha adalah sesuatu yang paling penting dalam hidup kita. Tanpa berusaha, seseorang tidak akan tahu letak kegagalan dan kesuksesannya.

Siapa yang tidak kenal dengan Thomas Alfa Edison sebagai penemu listrik dan lampu. Mungkin tanpa beliau, saat ini kita tidak dapat menikmati terang dan indahnya lampu yang berwarna-warni. Tanpa dia pula, mungkin kita tidak dapat browsing internet, karena tidak diketemukannya listrik.

Yang kita ketahui hanyalah kesuksesan dari Thomas Alfa Edison dalam menciptakan lampus dan listrik saja. Tetapi pernahkan kita melihat bagaimana proses penciptaan lampu dan listrik oleh Thomas Alfa Edison. Dalam proses menciptakan lampu, laboratorium Thomas Alfa Edison terbakar habis, yang menyebabkan seluruh hasil penelitian dan eksperimennya juga habis terbakar pula. Banyak orang yang menyarankan agar ia menghentikan penelitian dan eksperimennya. Namun Thomas Alfa Edison mengatakan: “Musibah ini tidak menghentikan langkahku untuk melakukan penelitian dan eksperimen. Musibah ini memberikan hikmah bagiku untuk bisa lebih berinovasi lagi”.

Bagaimana Anda memandang kegagalan? Apakah Anda menganggapnya sebagai akhir dari segalanya atau sebagai bagian dari proses mencapai impian Anda? Pilihannya ada di tangan Anda sendiri.

Rabu, 28 Mei 2008

WAWASAN NUSATARA

Posted by WAHYU KRISNANTO 20.20, under | No comments

Di dalam materi kuliah Wawasan Nusantara ini, mahasiswa diharapkan :
1. Memahami tentang wawasan nasional dalam kehidupan bernegara.
2. Memahami tentang konsepsi bangsa, negara dan kewilayahan indonesia.

Materi tentang wawasan nusantara, dapat anda download pada alamat berikut:
http://www.4shared.com/file/49343120/127dba69/WAWASAN_NUSANTARA.html

Sabtu, 24 Mei 2008

PERTIMBANGAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

Posted by WAHYU KRISNANTO 10.17, under | 1 comment

Membuat keputusan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena keputusan yang diambil akan melibatkan diri sang pemimpin, orang yang dipimpin, serta lingkungan dan organisasi tempat orang itu berada. Uraian berikut merupakan penjelasan yang dapat membantu seorang pemimpin mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan yang baik.

a. Tidak emosional
Selama Anda masih merasa ragu-ragu, belum mengetahui dengan pasti apa yang dikehendaki Tuhan, jangan mengambil keputusan. Jangan pula membuat keputusan bila emosi Anda dalam keadaan yang labil, terburu-buru, dan tidak tenang.

b. Keputusan tegas dan jelas
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin, harus senantiasa tegas dan jelas, tidak membuat orang lain merasa bingung. Selalu ada kemungkinan bahwa ada orang lain yang tidak dapat menerima keputusan yang jelas dan tegas itu. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan buatlah perhitungan yang matang, analisa yang tepat, dan evaluasi yang objektif. Biasanya, seorang pemimpin sudah memiliki gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena keputusan itu dan itulah alasan mengapa ada sasaran yang jelas yang akan dituju oleh keputusan itu.

Selanjutnya, penting untuk memberikan kesempatan pada orang lain untuk melahirkan dan mengemukakan pendapat dan pemikirannya, meskipun Anda telah membuat perhitungan tentang keputusan akhir. Menunggu dengan sabar adalah penting bagi seorang pemimpin karena Anda jugalah yang berhak membuat keputusan finalnya. Dengan menahan diri, orang lain akan dengan senang hati ikut melaksanakan keputusan yang Anda tetapkan karena mereka pun turut ambil bagian di dalamnya.

c. Keputusan terarah pada tujuan tunggal yang luas
Keputusan yang tunggal, namun luas selalu lebih efektif dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin. Jangan membuat keputusan dengan bermacam-macam tujuan yang kecil. Banyaknya tujuan akan merepotkan orang yang dipimpin. Mereka akan merasa bingung untuk menentukan tujuan mana yang harus dicapai terlebih dahulu. Lebih buruk lagi bila tiap-tiap orang yang dipimpin memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang memilih tujuan A, ada yang ingin mencapai tujuan B, dst. Tujuan yang tunggal dan luas itu lebih terarah, lebih mempersatukan, dan lebih mendorong tiap orang untuk mencapai tujuan. Jadilah seorang pemimpin yang memiliki tujuan dan perkara yang besar. Kebesaran, kekuatan, dan kewibawaan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh luas atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai.

d. Keputusan sesuai dengan prioritas
Seorang pemimpin selalu dihadapkan pada berbagai tugas dan kesibukan. Semuanya dirasakan penting dan harus dikerjakan dengan baik. Namun, tidak mungkin seorang pemimpin dapat melakukan semua tugasnya sekaligus dengan hasil yang sama baiknya. Oleh karena itu, Anda perlu menyusunnya sesuai prioritas. Prioritas dapat menolong kita dalam melaksanakan tugas secara teratur dan disiplin.

Menyusun prioritas bisa menjadi hal yang sulit. Adakalanya semua tugas kelihatannya perlu diprioritaskan atau diutamakan. Namun, sebenarnya Anda masih bisa menempatkan hal lain yang lebih utama. Jika Anda tidak tahu mana yang lebih utama, Anda akan mengalami banyak kegagalan.

Dengan menyusun prioritas, Anda bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan sebaik mungkin karena tugas dikerjakan satu per satu hingga selesai. Namun, bila Anda mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, hasil yang diperoleh tidak akan memuaskan karena pikiran dan tenaga Anda terbagi dan fokus Anda menyebar. Hasil yang maksimal itu akan memuaskan Tuhan, sekaligus memuaskan Anda dan orang-orang yang turut ambil bagian dalam melaksanakan tugas tersebut.

e. Rela membayar harga keputusan
Untuk bisa menjadi saluran air, sebilah bambu harus mengalami proses yang panjang dan tidak mengenakkan. Pertama, ia harus dipotong lepas dari akarnya, lalu setiap cabang dan rantingnya harus dibersihkan. Tidak hanya itu, setiap ruas yang ada di dalam bambu juga harus dibersihkan agar air dapat mengalir dengan leluasa. Baru setelah itu, bambu dapat digunakan untuk mengalirkan air dan menyuburkan tanah yang kering.

Begitu juga dengan seorang pemimpin. Agar dapat menjadi pemimpin yang baik, ia harus mau mengorbankan ego dan keakuannya. Proses pembentukan itu memang tidak mengenakkan, bahkan kadang menyakitkan bagi kita. Perlu kita ketahui bahwa untuk mencapai hal yang baik diperlukan pengorbanan.

f. Berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan
Setiap pemimpin harus menyadari bahwa tidak pernah ada pemimpin yang tidak gagal, betapa pun bijaksananya, luasnya pandangan, atau cakapnya dia dalam memimpin. Yang penting, setiap kegagalan itu diterima dengan rendah hati, lapang dada, dan ikhlas, terutama ikhlas kepada Tuhan. Dan juga, dalam membuat keputusan haruslah diperhitungkan bahwa kegagalan itu mungkin saja terjadi dan Anda harus berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan itu.

Tidak banyak pimpinan yang berani seperti itu. Kecenderungan yang ada ialah melemparkan kegagalan dan mencari kesalahan pada orang lain, situasi, atau lingkungan. Perhatikanlah bahwa hanya satu jari yang kita gunakan untuk menyalahkan orang lain, sedangkan tiga jari lainnya terarah kepada diri sendiri. Ini berarti bahwa sepantasnyalah kita lebih memeriksa diri kita sendiri atas setiap kegagalan yang diterima.

Rasa tanggung jawab seorang pemimpin mendorongnya untuk berani mengambil risiko dan memikul kesalahan anggotanya. Tindakan seperti ini tidak menghancurkan wibawa seorang pemimpin, malahan akan membuat para anggota semakin menghargai Anda karena Anda terbukti sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab, rela menderita dan memikul sebagian kesalahan anggota.

g. Berani melaksanakan keputusan
Setiap keputusan yang telah diambil harus segera dilaksanakan, untuk meningkatkan tingkat kepercayaan anggota tim kepada pemimpinnya. Hal ini disebabkan dengan tidak dipercayanya pimpinan oleh anggota tim, maka efektifitas kerja anggota tim tidak dapat tercapai.

(Disadur dari e-leadership)

Kamis, 24 April 2008

TATAHKANLAH KEBAIKAN ORANG LAIN DI ATAS BATU DAN TULISLAH KEBAIKAN KITA DI ATAS PASIR

Posted by WAHYU KRISNANTO 20.55, under | No comments


“Udah dibantu nggak ngucapin terima kasih”. Kalimat ini yang sering secara tidak sadar kita ucapkan (lebih tepatnya cemoohan) pada seseorang yang mungkin lupa atau memang melupakan atas pertolongan yang pernah kita perbuat kepadanya. Dalam kehidupan modern yang penuh individualism ini jarang kita menemui seseorang yang mau membantu kepada sesamanya dengan ikhlas.
Kita terkadang lupa bahwa dengan membantu orang lain untuk menggapai harapannya adalah memperkaya diri kita, tidak saja menambah pahala kita (mengutip pada ajaran agama) tetapi yang terlebih penting lagi adalah menambah pertemanan kita dengan orang lain yang sebenarnya menambah jejaring (networking) kita. Dengan bertambahnya jejaring pertemanan secara tidak sadar kita membuat jembatan kesuksesan bagi diri kita.
Jangan pernah kita berpikir bahwa tidak membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan kita hanya sekedar tidak diperolehnya manfaat langsung ataupun penghargaan kepada diri kita. Demikian pula sebaliknya janganlah kita mengingat apa yang telah menjadikan kesakitan hati kita akibat perbuatan orang lain.
Sedapat mungkin tanamkan dalam paradigma hidup kita tolonglah orang lain yang membutuhkan pertolongan kita dengan ikhlas tanpa meminta imbalan. Jangan pernah terpikir dalam benak kita untuk mengingat perbuatan baik yang pernah kita perbuat pada orang lain, tetapi “hilangkan dalam ingatan kita perbuatan baik yang pernah kita perbuat” seperti kita menuliskan sebuah kalimat di atas pasir yang gampang hilang akibat tiupan angin. Biarkan orang lain yang menilai perbuatan baik yang kita perbuat pada orang lain.
Apabila ada seseorang yang pernah menolong diri kita, ingatlah perbuatan itu seperti kita menatahkan sebuah kalimat di atas bongkahan batu yang tidak akan hilang karena hanya tiupan angin.

Selasa, 25 Maret 2008

METERI KULIAH 3

Posted by WAHYU KRISNANTO 06.10, under | 1 comment

Silahkan anda download pada alamat berikut: http://www.4shared.com/file/41895229/ed34995d/KULIAH_3.html

Sabtu, 15 Maret 2008

MATERI KULIAH 2

Posted by WAHYU KRISNANTO 05.44, under | No comments

materi kuliah 2 pendidikan kewarganegaraan dapat anda download melalui alamat berikut http://www.4shared.com/file/40856615/b9946732/KULIAH_2.html

Rabu, 05 Maret 2008

Kuliah Awal Kewarganegaraan

Posted by WAHYU KRISNANTO 17.55, under | No comments


Dengan mata kuliah ini mahasiswa diajak untuk :
Memiliki rasa Nasionalisme dan Internasionalisme
Memahami arti tentang Demokrasi
Memahami arti tentang Plurarisme (Kemajemukan bermasyarakat)
Memahami tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Memahami hakekat sebagai seorang warganegara NKRI yang peduli terhadap permasalahan bangsa dan negara RI.

Materi awal perkuliahan silahkan di download pada : http://www.4shared.com/file/39924405/ef2309e9/KULIAH_1.html

Sabtu, 01 Maret 2008

PEMIMPIN DAN INTEGRITAS DIRI

Posted by WAHYU KRISNANTO 02.57, under | No comments

Kepemimpinan adalah perihal memotivasi orang untuk menjalankan dan mencapai misi organisasi. Dalam usaha mencapai tujuan ini, persatuan, kepercayaan, dan harga diri akan berkembang. Seorang pemimpin yang baik membantu berkembangnya kualitas-kualitas ini, namun kegagalan membangun integritas akan meracuni semua kesatuan yang ada, menghancurkan kepercayaan antarsesama, dan mematahkan persatuan organisasi. Jika ada beragam kualitas kepemimpinan, integritas hanyalah sebuah pertanyaan sederhana yang bisa dijawab dengan ya atau tidak -- Anda memiliki integritas atau tidak. Untuk alasan tersebut, seorang pemimpin haruslah menunjukkan standar integritas yang tertinggi.

Karakteristik Integritas

Berdasarkan pengalaman, saya menemukan bahwa pemimpin yang berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten, memiliki keteguhan hati dan karakter, dan merupakan seorang yang mampu bertahan sampai akhir.

Ketulusan

Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang palsu. Pemimpin yang berintegritas bersikap tulus -- tindakan mereka sesuai dengan perkataannya. Sebuah ilustrasi tentang Jenderal Wilbur Creech membantu menjelaskan poin ini. Saat menjabat sebagai Komandan Tactical Air Command pada awal tahun 1980-an, dia selalu mengadakan lawatan dan bertemu dengan para bawahannya di tempat mereka tinggal dan bekerja. Suatu ketika, Jenderal Creech sedang melakukan inspeksi ke gudang persediaan, ketika didapatinya seorang sersan duduk di sebuah kursi yang penuh tambalan selotip elektrik dan diganjal dengan satu batu bata.

Saat sang jenderal menanyakan mengapa ia tidak memakai kursi yang lebih baik keadaannya, sersan tersebut menjawab bahwa tidak ada kursi baru yang tersedia bagi petugas gudang. Jenderal Creech berjanji akan mengurus masalah tersebut. Sebagai tindak lanjut inspeksi tersebut, Jenderal Creech memerintahkan ajudannya untuk terbang kembali ke Langley (markas angkatan udara, Virginia) dan menyerahkan kursi tua itu kepada petugas logistik. Kursi itu diakui sebagai milik sang jenderal sampai petugas logistik tersebut mengatasi permasalahan di gudang dan mengembalikan kursi itu ke petugas gudang.

Jenderal Creech selalu menyesuaikan perkataannya dengan tindakannya. Itulah yang membuatnya menjadi seorang pemimpin yang hebat dan memiliki integritas. Semakin sejalan perilaku seorang pemimpin dengan perkataannya, semakin setia para pengikut, baik dalam mengikuti sang pemimpin ataupun mengikuti organisasi.

Konsistensi

Satu perbuatan nyata yang mencerminkan integritas akan meninggalkan kesan, namun perilaku seorang pemimpin haruslah konsisten jika ia ingin berhasil membentuk suatu organisasi. Pada kenyataannya, integritas bersifat imperatif karena secuil pelanggaran saja terhadap integritas akan dapat meninggalkan cacat permanen. Para pemimpin haruslah konsisten dalam menjalankan standar kedisiplinan. Seorang pemimpin yang mendiskriminasi, dengan menggunakan tingkat jabatan atau hubungan pertemanan untuk menentukan responnya terhadap pelanggaran kedisiplinan, memiliki masalah integritas yang serius. Tak ada yang dapat menghancurkan moral seefektif menghukum seorang staf junior seberat-beratnya karena melakukan pelanggaran serius, namun membiarkan seorang staf senior yang melakukan kesalahan serupa, lalu pensiun tanpa menanggung hukuman. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang mereka ajarkan, dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhan untuk terwujudnya disiplin, moral, dan pencapaian misi.

Keteguhan hati

Untuk menjadi seorang pemimpin, Anda harus memiliki lebih dari sekadar citra diri (image) yang berintegritas -- Anda harus memiliki keteguhan hati. Presiden Abraham Lincoln pernah menceritakan kisah tentang seorang petani. Di samping rumah petani tersebut, tumbuh sebatang pohon tinggi yang sangat indah. Suatu pagi, dia melihat seekor tupai berlari memanjat ke atas pohon dan menghilang ke dalam sebuah lubang. Karena penasaran, petani itu melihat ke dalam lubang dan mendapati bahwa pohon yang ia kagumi itu berlubang di dalamnya, dan bisa rubuh menimpa rumahnya saat badai hebat menerjang.

Seperti pohon tersebut, pemimpin yang dari luar terlihat memiliki keteguhan hati, namun ternyata di dalamnya kekurangan integritas, tidak akan kuat untuk bertahan dalam masa-masa sulit. Pemimpin yang integritasnya lemah tidak bisa membangun organisasi yang mampu bertahan dalam situasi yang penuh tantangan.

Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir

Yang terakhir, pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan mendapat pujian. Pendeta Ben Perez menggunakan analogi tentang tim yang meskipun pasti akan kalah, tapi terus bertahan dalam sebuah permainan, untuk menggambarkan kebulatan tekad para profesional yang berintegritas. Mungkin tak ada organisasi yang memperlihatkan kesetiaan terhadap pekerjaan yang terbesar selain Pursuit Squadron ke-17 di Filipina pada awal Perang Dunia II. Kendati menghadapi serangan hebat dari armada udara Jepang, para pilot Pursuit Squadron tetap menjalankan misi pengintaian bersenjata setiap hari, dan terkadang juga melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal musuh. Meski nyaris menjadi misi bunuh diri, para tentara dari Pursuit Squadron berkali-kali melakukan serangan mendadak sampai Bataan jatuh pada bulan Mei 1942. Pursuit Squadron ke-17 merupakan suatu tim yang dipimpin oleh orang-orang berintegritas yang mampu bertahan dalam perjalanan panjang menuju kejayaan. Itulah teladan dari kesetiaan terhadap pekerjaan, suatu integritas yang harus dimiliki setiap pemimpin.

Membangun Integritas

Saya yakin bahwa Anda membangun gaya hidup yang berintegritas secara bertahap. Tindakan seseorang yang selalu menunjukkan integritas akan menjadi kebiasaan yang menunjukkan integritas, dan kebiasaan seorang individu akan menjadi cara hidupnya. Mungkin ini sederhana, namun saya tidak pernah menemukan cara yang lebih efektif untuk mengembangkan integritas diri, selain menerapkannya dalam setiap hal yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari -- meskipun hanya perkara kecil atau yang tidak berpengaruh. Dan karena organisasi cenderung hanya menerima kepribadian kepemimpinan mereka, integritas harus dibangun dari jajaran atas. Perilaku tak jujur ibarat sel kanker yang menggerogoti serat moral organisasi, terutama jika perilaku itu ditolerir oleh sang pemimpin, baik secara tersurat maupun tersirat. Pelanggaran terhadap integritas dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti rasa takut gagal, malu, arogansi, atau hanya kemalasan belaka. Pemimpin yang baik mengakui kesalahan dan bertanggungjawab terhadap tindakannya. Mungkin contoh yang paling dikenal adalah Jenderal Robert E. Lee dari Gettysburg. Ketika tentaranya mengalami kekalahan hebat setelah Pickett`s Charge*, Lee berkata kepada mereka, "Semua ini salahku. Akulah yang telah kalah dalam pertempuran ...."

Mendengar kata-kata itu, para tentara Lee meneriakkan bahwa merekalah yang menyebabkan ia gagal dan memohon agar Lee mengizinkan mereka melakukan serangan balik. Tatkala pemimpin memperlihatkan karakter dan integritas dan mengakui kesalahannya, hal-hal yang mengagumkan terjadi -- orang-orang akan memercayai mereka dan mau mengikuti mereka ke mana saja.

HENDRY RISJAWAN

Minggu, 24 Februari 2008

PENGALAMAN HIDUP KOLONEL SANDERS (KENTUCKY FRIED CHICKEN)

Posted by WAHYU KRISNANTO 19.37, under | No comments


Kolonel Harland Sanders, lahir pada tanggal 9 September 1890. Mulai aktif dalam mewaralabakan (franchise) bisnis ayamnya pada usia 65 tahun. Saat ini, usahanya yang dikenal dengan Kentucky Fried Chicken atau KFC® telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam sistem makanan siap saji di dunia. Sosok Kolonel Sanders, pionir dalam restoran siap saji menjadi simbol dari semangat kewirausahaan.
Lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep Kolonel dinikmati setiap tahunnya. Dan itu tidak hanya di Amerika Utara. Bahkan tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia.

Pada umur 6 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ibunya sudah tidak bisa bekerja lagi, dan Harland muda sudah harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun dan suster bayinya. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah dan ia meninggal rumah tempat tinggalnya dekat Henryville, Ind., untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Ind. Dia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun, pertama sebagai tukang parkir pada usia 15 tahun di New Albany, Ind., dan kemudian sebagai pada usia 16 tahun menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan di kuba.

Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel. Pada usia 40 tahun Kolonel mulai memasak untuk orang yang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin, Ia belum punya restoran pada saat itu, tetapi ia menyajikan makanannya pada meja makannya di ruang makan di bengkelnya.
Semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran yang kapasitasnya 142 orang. Selama hampir 9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat ini.
Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi Negara bagian cuisine. Dan pada tahun 1939, Keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines "Adventures in Good Eating."

Pada awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota Corbin. Melihat akan berakhir bisnisnya, Kolonel menutup restorannya. Setelah membayar sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.

Percaya diri dengan kualitas ayam gorengnya, Kolonel meyakinkan dirinya untuk membuka usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Ia pergi jauh menyeberangi Negara bagian dengan mobil dari satu restoran ke restoran lainnya, memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran dan karyawannya. Jika reaksi yang terlihat bagus, ia menawarkan perjanjian untuk mendapatkan pembayaran dari setiap ayam yang laku terjual. Pada tahun 1964, Kolonel Sanders mempunyai lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika dan Kanada. Pada tahun itu, ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y. Brown Jr., yang kemudian menjadi Gubernur Kentucky dari tahun 1980 sampai 1984. Kolonel mengingatkan untuk menjadikan terbuka perusahaannya bagi publik. Pada tahun 1976, sebuan survey independen memberi peringkat kedua dunia sebagai selebriti yang terkenal di dunia.
Dibawah pemilik baru, perusahaan Kentucky Fried Chicken tumbuh dengan cepat. Kemudian menjadi perusahaan terbuka pada 17 Maret 1966, dan terdaftar pada New York Stock Exchange pada 16 Januari 1969. Lebih dari 3,500 waralaba dan restoran yang dimiliki perusahaan beroperasi hampir di seluruh dunia ketika Heublein Inc. mengakusisi perusahaan KFC pada 18 Juli 1971 seharga $285 million.

Kentucky Fried Chicken menjadi anak perusahaan dari R.J. Reynolds Industries, Inc. (sekarang RJR Nabisco, Inc.), semenjak Heublein Inc. diakuisisi oleh Reynolds pada tahun 1982. KFC diakuisisi pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco, Inc. oleh PepsiCo, Inc., seharga kurang lebih 840 juta dolar.

Pada Januari 1997, PepsiCo, Inc. mengumumkan spin-off restoran cepat sajinya -- KFC, Taco Bell dan Pizza Hut – menjadi perusahaan restoran independen, Tricon Global Restorans, Inc. Pada Mei 2002, perusahaan mengumumkan menerima persetujuan pemilik saham untuk merubah nama perusahaan menjadi Yum! Brands, Inc. Perusahaan, yang dimiliki oleh A&W All-American Food Restorans, KFC, Long John Silvers, Pizza Hut dan Taco Bell restorans, adalah perusahaan restoran terbesar di dunia dalam kategori unit system dengan jumlah mendekati 32,500 di lebih dari 100 negara dan wilayah.

Sampai akhirnya ia terserang penyakit leukemia pada tahun 1980 di usia 90 tahun, Kolonel telah melakukan perjalanan 250,000 mil dalam satu tahun kunjungan restoran KFC mengelilingi dunia.

Dan itu semua dilakukan oleh seorang laki-laki berusia 65 tahun yang menggunakan uang jaminan sosialnya untuk memulai usaha.
Impian untuk sukses tidak harus impian masa kecil, bisa juga saat usia sudah senja.

Inilah kegigihan Kolonel Sanders pendiri waralaba ayam goreng terkenal KFC. Dia memulainya di usia 66 tahun, pensiunan angkatan darat dari negara adidaya, tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Dia memiliki keahlian dalam memasak, dia tawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Akhirnya restoran yang ke-1008, menerima resepnya tersebut dan kini kita dapat menikmatinya di Indonesia, Kentucky Fried Chicken.

Mungkin impian Kolonel Sanders sangat sederhana, ingin memiliki uang yang layak untuk hidup di hari tuanya yang tinggal sebentar lagi.

Disalin dari email: Hendry Risjawan [hendry@car.co.id]

Minggu, 17 Februari 2008

PENDELEGASIAN TUGAS

Posted by WAHYU KRISNANTO 01.36, under | No comments

”Pusing rasanya memikirkan begitu banyak pekerjaan yang harus aku lakukan”. Ini adalah kata-kata yang sering kita dengar dari seorang pimpinan organisasi atau seorang manajer perusahaan karena merasa ia harus melakukan semua pekerjaan. Banyak pimpinan organisasi atau manajer perusahaan yang sering kali harus menangani hal-hal kecil yang semestinya dapat ia delegasikan pada anak buah atau karyawan yang ia pimpin. Tetapi banyak terjadi, pimpinan atau manajer memiliki ketidakpercayaan atas ”kinerja” anak buah atau karyawan yang ia pimpin untuk ”mewakili” melaksanakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan atau manajer. Sebagai akibatnya, pimpinan atau manajer tersebut seakan-akan tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dapat didelegasikan.

APAKAH DELEGASI ITU?
Delegasi bukanlah menyerahkan tugas yang memang telah menjadi tanggung jawab seseorang. Delegasi adalah menyerahkan sebagian dari tugas Anda kepada orang lain. Jika Anda adalah pemimpin atau manajer, maka bidang tugas dan tanggung jawab pasti sangat melebihi kapasitas Anda untuk dapat mengerjakan semuanya sendiri. Sebagian dari tugas dan tanggung jawab Anda harus diserahkan.

Jika Anda adalah pimpinan di organisasi, anda mungkin memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur aspek tertentu dalam organisasi. Anda tidak dapat mendelegasikan tanggung jawab kesuksesan organisasi pada orang lain. Namun, Anda bisa
mendelegasikan tugas rutin Anda demi kepentingan organisasi.

MENGAPA BANYAK ORANG BINGUNG MENGENAI DELEGASI?
Kebingungan biasanya timbul antara apa yang didelegasikan dan apa yang memang bagian dari pekerjaan (job description) karena tidak adanya alur kepemimpinan yang jelas. Mungkin tidak ada bagan organisasi, atau tujuan tahunan/jangka panjang yang dinyatakan dengan jelas. Mungkin juga kebingungan itu muncul karena pimpinan tidak mengerti bagaimana mendelegasikan.

Langkah-langkah penyerahan tugas dan tanggung jawab yang sukses.
1. Putuskan apa yang harus dilakukan. Pikirkan seberapa banyak tanggung jawab yang ingin Anda serahkan. Dengan kata lain, tentukan dengan jelas tugas-tugasnya -- kalau perlu, tulis di kertas.
2. Pilih orang terbaik. Pemilihan tersebut ditentukan oleh tenggat waktu kapan pekerjaan itu harus selesai, dan siapa saja yang siap untuk diserahi tugas. Jika tugas yang akan Anda serahkan adalah tugas yang penting dan perlu segera diselesaikan, lebih baik Anda memilih orang yang sekiranya paling mampu untuk melakukannya. Sebaliknya, jika tugas itu tidak terlalu berisiko jika gagal dilakukan, Anda bisa memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk melatih seseorang.
3. Jelaskan tugasnya dengan jelas. Pastikan bahwa orang yang Anda serahi tugas itu benar-benar mengerti apa yang harus ia lakukan. Kadang penting juga untuk mengatakan kepadanya mengapa ia dipilih untuk melakukan tugas itu. Hal itu dilakukan agar ia mengerti pentingnya tugas itu bagi dirinya sendiri dan organisasi.
4. Buatlah tingkat kewenangan. Mungkin timbul lebih banyak kebingungan mengenai hal ini dibandingkan aspek-aspek lain dalam pendelegasian. Ada beberapa tingkat delegasi:
- Lakukan dan jangan laporkan hasilnya;
- Lakukan dan segera laporkan hasilnya;
- Lakukan dan laporkan hasilnya secara rutin;
- Selidiki dan buatlah rekomendasi, saya yang akan memutuskan.
5. Antisipasi masalah. Pastikan orang yang nantinya akan bekerja dengan orang yang Anda delegasi, mengerti benar tugas dan tanggung jawab orang tersebut. Katakan padanya tentang orang yang akan bekerja dengannya. Beritahukan mengenai pengalaman masa lalu saat melakukan tugas yang sama dan kesulitan yang mungkin pernah Anda alami. Pastikan ia tahu bagaimana menghubungi Anda saat memerlukan bantuan.
6. Buat jadwal pemeriksaan. Tentukan waktu untuk membandingkan catatan dan memeriksa perkembangan tugas itu. Pastikan ia tahu jenis laporan seperti apa yang Anda inginkan atau apakah Anda akan menidaklanjutinya secara informal atau formal.
7. Mengevaluasi hasil. Baik Anda dan orang yang Anda serahi tugas dapat belajar banyak dari tugas tersebut. Jika tugas itu berbeda dengan tugas rutin, mungkin Anda dapat memberikan apresiasi khusus. Jika hasilnya tidak sesuai dengan yang Anda harapkan, Anda harus menganalisa di mana letak kendalanya.

KAPAN PENDELEGASIAN DILAKUKAN ?
Sering orang bertanya, kapan sebuah pekerjaan dapat aku delegasikan ?. Pekerjaan yang dapat didelegasikan pada anak buah atau karyawan adalah pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis dan bukan pekerjaan yang bersifat kebijakan (atau pekerjaan yang memerlukan sebuah keputusan yang akan berpengaruh pada pencapaian visi dan misi organsasi/perusahaan). Hal-hal lain yang harus Anda delegasikan adalah tugas-tugas yang memang tidak bisa anda kerjakan karena minimnya waktu anda.

Jangan delegasikan tugas yang memang hanya anda sendiri yang menguasainya. Hal itu hanya akan berujung pada sebuah kegagalan. Jangan serahkan tugas hanya karena ingin menghindari tanggung jawab. Jika itu dilakukan, imbasnya tidak akan menyenangkan.


BAGAIMANA MEMULAINYA
Jika Anda merasa bahwa anda kurang baik dalam menyerahkan tugas dan ingin menjadi lebih baik dalam hal tersebut, mulailah dengan membuat daftar berisi seluruh tugas yang anda yakin bisa diserahkan.

Kemudian, analisa orang-orang yang mungkin bisa Anda serahi tugas. Tulis dengan jelas tentang apa harus dilakukan orang tersebut. Hubungi orang yang anda pilih untuk diserahi tugas demi mengetahui apakah ia bersedia dan mampu melakukan tugas tersebut. Buat daftar tugas yang anda serahkan dan tetapkan kapan anda akan memeriksanya, baik secara formal dan informal. Secara pribadi, buatlah catatan/grafik pelaksanaan delegasi tugas. Catatan itu akan membantu Anda untuk memilih orang-orang yang melakukan tugas dengan baik dan yang tidak baik.

SEBERAPA PENTING PERLUNYA PENDELEGASIAN
Memberikan sebagian tugas kepada anak buah atau karyawan adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertumbuh. Adalah suatu hal yang cukup sulit untuk memberikan kepuasan karyawan (employee satisfaction) dibanding dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan (customer satisfaction). Hal ini disebabkan karena anak buah atau karyawan adalah bagian internal dari proses organisasi yang setiap hari kita lakukan. Salah satu aspek yang berpengaruh pada kepuasan bagi karyawan yang akan mempengaruhi pada kinerja organisasi atau perusahaan adalah adanya keterjaminan bagi anak buah atau karyawan untuk dapat mengembangkan kapasitas atau kompotensi pribadinya. Dengan berkembangnya kapasitas dan kompetensi pribadi akan berpengaruh positif terhadap pengembangan organisasi atau perusahaan.

Minggu, 20 Januari 2008

PEMIMPIN ADALAH SEORANG MENTOR

Posted by WAHYU KRISNANTO 21.51, under | 1 comment


"Setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin."

Observasi ini terdengar sederhana, namun memiliki implikasi penting, khususnya terhadap pengembangan kepemimpinan. Mari kita baca sekali lagi: setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin. Dengan kata lain, prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinan seseorang lebih banyak ditentukan oleh orang-orang yang dahulu pernah menjadi pemimpinnya dibanding dengan, misalnya, buku yang pernah ia baca, program pelatihan yang pernah ia ikuti, seminar yang pernah ia hadiri, dan seterusnya.

Jika seorang pemimpin tidak memiliki mentor dengan prinsip, pola, dan perilaku kepemimpinan yang baik, kemungkinan besar ia juga tidak akan menjadi pemimpin yang baik.

Tidak heran kita terus-menerus dikecewakan oleh pemimpin dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tiran menghasilkan tiran. Manipulator menghasilkan manipulator. Namun, sebaliknya juga benar, pemimpin-pelayan menghasilkan pemimpin-pelayan.

Memang, pemimpin dapat memimpin berdasarkan sikap natural yang inheren dalam dirinya, atau berdasarkan program pelatihan kepemimpinan yang ia ikuti, atau bahkan buku yang ia baca. Namun, kemungkinan dari semua itu sangat kecil dibanding yang pertama, yaitu kecenderungan memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin.

Bagaimana pola kepemimpinan kita, merupakan gambaran bagaimana anda pernah dipimpin oleh seseorang. Fungsi pemimpin bukan menciptakan pengikut, tapi melahirkan pemimpin. Keberadaan pemimpin bukan untuk membuat generasi pengikut yang selalu berada dalam bayang-bayangnya. Bukan untuk cloning pengikut. Namun, pemimpin ada untuk melahirkan para pemimpin baru yang bahkan lebih baik dari dirinya. Proses ini sulit dan kompleks. Bukan hanya membutuhkan pengorbanan pribadi dari sisi waktu, tenaga, pemikiran, dan sumber daya lain, namun juga kerendahan hati untuk rela menelurkan pemimpin baru yang lebih kapabel dari dirinya sendiri.

Prinsip yang harus dipegang oleh seorang pemimpin adalah ia harus menjadi pembelajar bagi pengikutnya. Oleh karena itu, jangan pernah berpikir bahwa ilmu atau pengetahuan yang ada miliki hanya dapat anda miliki saja, tetapi ajarkanlah ilmu/pengetahuan yang ada miliki pada pengikut anda. Dengan demikian, pengikut anda pada suatu saat akan lebih “pintar” daripada anda.

Minggu, 13 Januari 2008

KESEDERHANAAN PENAKLUK PUNCAK EVEREST

Posted by WAHYU KRISNANTO 20.42, under | 1 comment


Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang menginjakkan kakinya di puncak Mont Everest pada hari jum’at lalu (11/01/2008), beliau telah meninggalkan kita semua selamanya pada usia 88 tahun karena serangan jantung. Sir Edmund Hillary adalah seorang peternak lebah, dimana sebagian besar masa hidupnya dibaktikan untuk membantu orang – orang gunung di Nepal (membangun sekolah dan klinik kesehatan di Nepal) yang telah membuatnya terkenal itu. Beliau pada tanggal 29 Mei 1953 bersama-sama dengan sahabatnya seorang pemandu suku Sherpa bernama Tenzing Norgay. Sir Edmund Hillary sangat mengesampingkan popularitasnya dan menganggap dirinya hanyalah seorang penjelajah biasa.
“Hanya butuh beberapa langkah berat lagi, lalu tak ada apapun lagi di atas kecuali langit. Tidak ada pilar yang keliru, tidak ada puncak lain lagi. Kami berdiri bersama di puncak. Tempatnya hanya cukup untuk enam orang. Kami menaklukkan Everest”. Itulah catatan Sir Edmund Hillary tentang peristiwa penaklukannya di puncak Everest yang sangat bersejarah tersebut. Saat itu, ia berdiri bergandengan tangah dengan Tenzing Norgay. Tidak ada yang lebih tinggi dari dia.
Sir Edmund Hillary dikenal sebagai seorang yang sangat rendah hati dan tidak menginginkan sebuah popularitas, walaupun sebagian hidupnya ditandai dengan sejumlah prestasi besar, petualangan hebat, penemuan, kegembiraan dan kesederhanaan pribadi. Kerendahan hatinya itu, tampak jelas dengan mengakui sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Everest lama setelah rekan sependakiannya, Norgay meninggal dunia. Sebelum kematian Norgay pada tahun 1986, Hillary menolak dianggap sebagai orang pertama yang menginjak Puncak Everest, dengan mengatakan bahwa ia dan Norgay sebagai tim ketika mencapai puncak itu. Bukti kerendahan hati dan kesederhanaan Hillary lainnya adalah bahwa ia begitu kaget ketika dunia melihat prestasinya sebagai sesuatu yang heboh. “Saya begitu takjub melihat semua orang sangat memperhatikan kami yang hanya mendaki gunung” katanya.
Filosofi hidupnya sangat sederhana “Petualangan bisa untuk orang biasa dengan kualitas yang biasa-biasa saja seperti saya”, katanya dalam sebuah wawancara setelah ia menulis biografi berjudul “Nothing Venture, Nothing Win” pada tahun 1975.

REFLEKSI:
Perjalanan hidup Sir Edmund Hillary dapat menjadi teladan dalam berkehidupan kita. Dalam mencapai puncak sebuah prestasi, ia tidak meninggalkan sedikitpun peran dari orang-orang yang membantunya (Tenzing Norgay seorang pemandu suku Sherpa dari Nepal). Tidak ada sebuah kesuksesan diri yang dapat dicapai tanpa bantuan orang lain. Serendah apapun jabatan seseorang atau sedikit apapun peran seseorang dalam mendukung pekerjaan kita, mereka memiliki peran yang sangat besar dalam pencapaian puncak prestasi.
Selain dalam hal kesederhanaan hati, pengalaman hidup Sir Edmund Hillary juga dapat dijadikan contoh motivasi hidup kita semua. Beliau adalah seseorang yang memiliki motivasi sangat besar untuk meraih sesuatu. Kita semua punya mimpi, tetapi Sir Edmund Hillary punya banyak mimpi yang dapat dijadikan motivasi luar biasa untuk meraih mimpi-mimpi tersebut. Motivasi diri Sir Edmund Hillary ini terungkap ketika ia mengikuti acara penanaman pohon di sebuah sekolah dasar di Nepal pada tahun 1998. Di depan siswa-siswa sekolah dasar itu, ia mengatakan: “Tidak perlu menjadi jenius untuk melakukan hal-hal baik dalam hidup kita. Itu semua bergantung pada motivasi. Jika sungguh-sungguh ingin melakukan sesuatu, kalian akan bekerja keras untuk mencapainya”. (disadur dari Harian Kompas 14/01/08)

Selasa, 01 Januari 2008

MENJADIKAN ORANG LAIN BERTUMBUH

Posted by WAHYU KRISNANTO 07.25, under | No comments


Sering kita berpikir, “apa keuntungan yang akan SAYA peroleh dari menolong orang lain bertumbuh ?”. Pemikiran tentang motivasi ini merupakan sebuah kecenderungan yang hampir selalu hinggap dalam alam berpikir kita ketika hidup bermasyarakat. Kecenderungan alami kita adalah pertama-tama memikirkan kepentingan diri sendiri, yaitu memandang segala sesuatu dari perspektif kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita dapat mulai memikirkan kepentingan utama orang lain, yang berupa keinginan, urusan, dan kebutuhan mereka.

Dengan memiliki sikap ”memberi diri”, berarti kita menjalankan keteladanan yang telah dilakukan oleh Yesus, karena dalam perjalanan hidup-Nya memang senantiasa lebih memikirkan orang lain daripada diri-Nya sendiri. Dia telah merendahkan diri-Nya dan "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".

Dengan demikian, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita menganggap kepentingan orang lain lebih penting daripada kepentingan kita? Apakah kegembiraan yang kita rasakan saat melihat Tuhan bekerja di dalam dan melalui mereka, sama besarnya dengan kegembiraan yang kita rasakan saat Tuhan bekerja di dalam dan melalui diri kita?
Apakah kita rindu untuk melihat orang lain bertumbuh di dalam kasih karunia dan mendapatkan pengakuan dari orang lain, padahal mereka berhasil karena usaha yang telah kita lakukan? Apakah kita merasakan kepuasan ketika melihat anak-anak rohani kita mengungguli kita dalam pekerjaan yang menjadi panggilan mereka? Jika ya, itulah yang menjadi ukuran kebesaran seseorang.

Kita menjadi sangat serupa dengan Tuhan apabila kita lebih memikirkan orang lain daripada diri sendiri.