Rabu, 05 Desember 2007

KELUHAN TIKUS KECIL

Posted by WAHYU KRISNANTO 07.40, under | No comments

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak
" Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkat tikus"
Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
" Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata
" Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.
Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.
Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)
Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.
Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing.
Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.
Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman.
Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan.
Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

REFLEKSI
Kalau suatu hari kita mendengar seseorang mengeluh atau dalam kesulitan, jangan sekali-kali merasa bahwa itu bukan urusan kita. Beri pendampingan pada mereka sebatas pada permasalahan yang mereka hadapi. Pikirkan sekali lagi

Segelas Susu

Posted by WAHYU KRISNANTO 07.35, under | No comments

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan
dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa
sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah
berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang
wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia
hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan
berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia
membawakan segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa
saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"

Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami
mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu
menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata:"Dari dalam
hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat
kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka
akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis
yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Horward Kelly dipanggil
untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si
wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju
kamar si wanita tersebut. Dan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si
wanita itu. Ia langsung mengenali itu pada sekali pandang. Ia kemudian
kembali keruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.

Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita
itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh
kemenangan....Wanita itu sembuh!!

Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh
tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly
melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan
kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa
Ia tak akan mampu menbayar tagihan tesebut walaupun harus dicicil seumur
hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan
tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.."Telah dibayar lunas dengan
segelas besar susu!!" tertanda, Dr Horward Kelly.

Air mata kebahagian kehilangan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan,
terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan
tangan manusia."

Senin, 03 Desember 2007

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL BERSAMA MUHAMAD YUNUS

Posted by WAHYU KRISNANTO 21.07, under | No comments

Muhamad Yunus membongkar pandangan tentang kebodohan dan kemalasan, kutukan dan ketidakmungkinan ciptaan sistem ekonomi-politik, budaya, dan birokrasi, yang membuat orang miskin tetap miskin, tetapi kemiskinan menjadi proyek utang.

Ia percaya tesis besar kapitalisme tentang sistem ekonomi yang kompetitif, tetapi menolak ketamakan. Ia menyodorkan konsep kewirausahaan sosial, yang terbukti membawa perubahan multidimensi bagi kaum miskin, khususnya perempuan.

Mohammad Yunus (67) adalah orang besar. Bukan hanya karena penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2006, tetapi terutama karena berani membongkar keangkuhan di dalam dirinya, dengan mengakui bahwa teori-teori ekonomi yang ia ajarkan di ruang kelas kosong di hadapan kelaparan dan kemiskinan yang mencekik. Ia adalah orang besar karena mau belajar dari orang miskin.

Perjalanannya untuk membuktikan bahwa orang miskin bukan beban adalah perjuangan yang heroik. Ia membongkar seluruh arogansi yang menempelkan stigma, mendiskriminasi, dan mengintimidasi orang miskin.

Ia mendefinisikan konsep pembangunan sebagai proses perubahan yang kompleks, dan meyakini pembangunan akan mandek kalau orang miskin dibiarkan pada posisi penerima sedekah. Ia membongkar kepalsuan tentang pelatihan dari pihak pemberi utang.

“Orang-orang miskin itu cerdas. Yang dibutuhkan hanya akses,” ujarnya ketika menjelaskan mengenai program Grameen Bank untuk pengemis tahun 2003, dalam ceramah pada forum terbatas di Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jakarta, Kamis (9/8) siang. Ia percaya sedekah akan merampas insentif orang miskin, mengerdilkan kreativitasnya, dan merampas harga diri mereka.

Sekitar 100.000 pengemis kini bergabung dengan program bebas bunga, bisa membayar kapan saja dan berapa saja, dan 5.000 di antaranya sudah berhenti mengemis. “Orang miskin itu seperti bonsai. Ibarat menanam bibit terbaik dari pohon tinggi di pot kembang sehingga pohonnya tidak tumbuh baik.”

Ia meyakini, kemiskinan diciptakan oleh struktur, kebijakan dan sistem di masyarakat. “Yang diperlukan adalah lingkungan yang memungkinkan kreativitasnya berkembang,” lanjutnya.

Kredit mikro tanpa agunan yang dimulai sejak 32 tahun lalu di satu desa itu kini berkembang ke 78.658 desa dengan 7,21 juta nasabah, 97 persennya perempuan. Stafnya berkembang dari tiga menjadi 23.345.

Uang yang berputar secara kumulatif berjumlah sekitar enam miliar dollar AS, 80 persen keluarga miskin sudah dijangkau program kredit mikro bank yang tidak lagi menerima bantuan dari donor sejak tahun 1995. Dalam wawancara setelah acara usai, ia mengatakan, bank milik kaum miskin itu mempunyai 25 perusahaan di bawah nama Grameen.

WIRAUSAHA SOSIAL
Bisnis wirausaha sosial atau social business entrepreneurship (SBE) adalah hasil pergulatan panjang Yunus. SBE berbeda dengan corporate social responsibility (CSR) yang dipromosikan korporasi pemburu laba.

Dasar SBE adalah kesadaran sosial, bukan maksimalisasi laba. Kalau ruang untuk kesadaran sosial itu dibuka, banyak persoalan sosial bisa diatasi dan kehidupan bisa diarahkan ke taraf perdamaian, kesetaraan, keadilan serta kreativitas yang lebih tinggi.

Namun, ia tidak mengatakan bahwa SBE memberikan jawaban bagi semua masalah sosial. Ia percaya pada tahapan-tahapan. Ketika membuat Grameen Bank pun, ia tak punya cetak biru. Setiap langkah menuntunnya ke langkah berikutnya. Ia menikmati perjalanan itu sehingga sulit berhenti. Ia yakin suatu program baru diketahui hasilnya kalau sudah dicoba.

Menurut Anda apa pengusaha akan tertarik dengan ide itu?
Saya kira akan banyak pengusaha tertarik, juga orang-orang biasa karena setiap orang punya dimensi lebih luas dari sekadar menjadi mesin pencari uang. Beri mereka ruang untuk mengekspresikannya. Misalnya seseorang yang prihatin pada nasib anak-anak di jalanan, lalu ia memberi 100 dollar ke bisnis sosial. Perusahaan membantu anak-anak agar tak berkeliaran lagi. Investasi itu bisa diambil lagi karena ini bisnis, bukan sedekah. Saya juga bilang mengapa tidak membuat pasar saham sosial.

Bagaimana di Banglades?
Baru di tingkat gagasan karena Banglades belum merupakan pasar yang besar untuk itu. Yang dapat dilakukan sekarang adalah membuat bursa saham sosial di internet, lalu kita listing misalnya dua bisnis sosial di Indonesia, lima di China, 20 di India, 10 di Banglades. Kita lihat apa yang terjadi.

Bagaimana posisi Grameen dalam sistem ekonomi dunia ?
Sistem keuangan saat ini tidak lengkap dan eksklusif karena hanya melayani sebagian orang. Sebagian besar lainnya tidak teraih tanpa alasan apa pun. Kami sudah membuktikan ada sistem keuangan untuk orang miskin yang berkelanjutan.

Kita butuh uang untuk mendapat uang, tetapi tidak ada sistem untuk mendapatkan uang pertama. Jadi, orang tetap tergantung pada yang lain. Itu sebab utama mengapa orang tetap miskin. Mereka tak dapat menggunakan tenaga dan kapasitasnya. Yang dibutuhkan hanya bantuan supaya kemampuan itu muncul.

Isunya adalah kepercayaan....
Sistem sekarang didasarkan pada ketidakpercayaan. Kita dilatih untuk tidak percaya kepada orang lain. Kalau ingin dapat pinjaman akan dilihat dulu berapa kekayaan Anda, lalu ada perjanjian-perjanjian hukum. Asumsinya, penerima kredit tidak mengembalikan pinjamannya. Jadi, harus disiapkan sesuatu.

Kegiatan kami didasarkan pada kepercayaan. Kami yang datang pada mereka, bukan sebaliknya, karena setiap kantor, sesederhana apa pun, adalah ancaman bagi orang miskin dan buta huruf. Orang yang datang minta bantuan selalu pada posisi lebih lemah.

Kegiatan Anda dicurigai oleh kelompok kiri dan kanan.… Sesuatu yang baru selalu mengundang kecurigaan dan itu biasanya terkait dengan kepentingan. Kelompok kiri bilang. Anda membawa kapitalisme ke akar rumput. Jadi, revolusi sosial tak bisa dilakukan.

Membalik asumsi
Kerja paling keras yang dilakukan Yunus beserta timnya adalah membongkar struktur budaya yang menempatkan perempuan miskin di lapisan terbawah penindasan.

Kerja pemberdayaan membuat kegiatan Grameen Bank sempat dituduh bertentangan dengan agama dan merusak budaya purdah, yakni praktik budaya yang memisahkan perempuan dari kegiatan di ruang publik. Dalam buku Banker to the Poor (1998), ia menulis tentang tuduhan mengajak orang pindah agama.

“Dalam sistem budaya yang menyubordinatkan perempuan, pemberdayaan adalah ancaman terhadap otoritas,” jawabnya ketika ditanya mengenai hal itu.

“Perempuan berbisnis dikatakan bertentangan dengan nilai-nilai agama, lalu ditakut-takuti. Kami katakan, istri pertama Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah, adalah saudagar yang berhasil. Sebelum menikahi Khadijah, Nabi bekerja padanya. Kami menggunakan agama untuk mendorong perempuan. Lagi pula mereka berbisnis di rumah.”

Dalam ceramah ia mengatakan, Grameen Bank tidak bertentangan dengan Syariah karena tujuannya bukan laba maksimal. Laba diperlukan untuk biaya operasi dan sisanya dikembalikan untuk berbagai pelayanan sosial yang terjangkau masyarakat miskin. Nasabah Grameen Bank, kaum miskin itu, adalah pemilik bank itu.

Hasil banyak kajian memperlihatkan setelah perempuan terpapar akses ekonomi, memiliki rekening bank, punya penghasilan, dan menjadi lebih independen, hubungan suami-istri berubah total. Kekerasan dalam rumah tangga jauh berkurang. Banyak perempuan menjadi penghasil utama dalam keluarga. Para suami menaruh respek pada mereka. Anak-anak sekarang bersekolah. Dulu tidak tahu gunanya sekolah.

Namun, Banglades selalu menyimpan persoalan sosial yang serius karena 40 persen wilayahnya terletak satu meter di bawah permukaan laut dan kenaikan permukaan laut rata-rata tiga milimeter per tahun sejak 30 tahun lalu.

“Tentang tuduhan mempromosikan kapitalisme AS, sekarang Vietnam adalah salah satu promotor kredit mikro. Kami ditunjuk menjadi penasihat gubernur di Provinsi Hainan, diundang ke Provinsi Sechuan, dan Mongolia. Jadi, bukan soal AS atau China. Sistem ini bekerja untuk rakyat. Itu sebabnya saya berada di Indonesia,” lanjutnya.

Anda pernah ke Indonesia ?
Saya ke Indonesia tahun 1991 dan 1992 karena diundang lembaga pelatihan Bank Indonesia. Mereka membawa saya ke berbagai tempat di mana program kredit mikro berjalan. Proyek itu namanya Karya Usaha Mandiri.

Mengapa sistem seperti Grameen Bank tak bisa berjalan di Indonesia?
Sebenarnya ada beberapa program serupa, seperti yang saya kunjungi di Bogor kemarin. Alasan mendasarnya adalah tidak ada sumber dana meskipun mereka punya kemampuan dan tahu bagaimana melakukannya. Di Banglades kami menciptakan wholesale fund yang bisa dipinjam oleh NGO. Saya bilang ke pengusaha di kamar dagang dalam pertemuan tadi (Kamis, 9/8) pagi, mengapa tidak menciptakan dana seperti itu, mengapa harus menunggu pemerintah.

Dana itu bukan derma. Anda meminjamkan. Ini satu cara. Cara lain adalah undang-undang baru supaya bisa membuat bank untuk kredit mikro.

Banjir Perhatian
Muhammad Yunus tampak bersahaja meskipun lebih dari 250 lembaga di hampir 100 negara mengadopsi program kredit mikro berdasarkan model Grameen Bank yang dia dirikan bersama muridnya tahun 1983.

Grameen, seperti dituturkan Yunus, memberi pinjaman untuk usaha, perumahan, biaya pendidikan, dan usaha mikro. Sejak diperkenalkan tahun 1984, kredit perumahan berhasil mendirikan 640.000 rumah yang dimiliki perempuan.

Bagaimana penghargaan Nobel memengaruhi Anda?
Penghargaan ini memberi pengaruh sangat besar. Sebelum Nobel saya menerima banyak penghargaan bergengsi, tetapi tidak pernah mendapat liputan di media massa karena mungkin pembaca tidak terlalu tertarik.

Penghargaan Nobel berbeda. Begitu penerimanya diumumkan, setiap surat kabar di dunia memuat berita tersebut di halaman pertama dengan foto dan memberitakan mengapa orang tersebut menerima penghargaan Nobel. Penerima penghargaan ini mendapat banjir perhatian dari seluruh dunia.

Saat perhatian dunia begitu besar, kami coba mengartikulasikan yang kami rasakan dan mengatakan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan bantuan media, hal tersebut dapat disampaikan kepada banyak orang dan mendapat perhatian penuh dari masyarakat bahwa ada isu sangat penting, yaitu kemiskinan, layanan keuangan, masalah lingkungan, semua merupakan satu kesatuan.

Kami dengar Anda ingin mencalonkan diri menjadi presiden?
Tidak, tidak.... Januari lalu, karena situasi di Banglades semua macet, korupsi, dan lain-lain, orang mengatakan, “Kalau kamu masuk ke politik, setiap orang akan mendukung dan kita akan memiliki politik yang lebih bersih, pemerintahan yang lebih bersih.” Situasi darurat saat itu membuka peluang ini.

Lalu saya katakan, “Baiklah, saya akan masuk politik dan bikin partai.”

Selama dua bulan di sana saya melihat kesulitan-kesulitannya dan situasi yang tidak memungkinkan. Lalu saya katakan, “Ini bukan saat yang tepat untuk saya dan saya tidak ingin berada di dalamnya.” Jadi, saya mundur dari politik dua bulan kemudian, pada bulan Maret.(Ninuk MP/Maria Hartiningsih